Berpikir Diakronis dan Sinkronis dalam Sejarah - Diluar Sekolah

Kamis, 02 Mei 2024

Berpikir Diakronis dan Sinkronis dalam Sejarah

Berpikir Diakronis dan Sinkronis dalam Sejarah

 Konsep Dasar Berpikir Sejarah

          Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir Diakronis/kronologis, artinya berpikirlah secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Tanpa berpikir secara runtut dan berkesinambungan dalam mengidentifikasi suatu permasalahan, kita akan dihadapkan pada pemecahan masalah atau pemberian solusi yang tidak tepat.

            Cara berpikir sinkronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada waktu tertentu. Konsep berpikir sinkronik banyak diterapkan pada ilmu-ilmu social lainnya, terutama jika ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang sesuatu hal yang tengah menjadi focus perhatian kita.

          Selain melatih kita untuk dapat berpikir kronologi dan sinkronik, sejarah juga mengajarkan kepada kita cara berpikir holistic. Holistic mempunyai pengertian menyeluruh, artinya dalam mengamati atau mempelajari suatu peristiwa kita hendaknya menggunakan cara pandang dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Sebagai contoh, kita ingin mempelajari mengapa perang dapat terjadi? Dengan cara berpikir holistic kita akan memulai mempelajari sebab-sebab, tokoh yang terlibat, dimana kejadiannya, kapan terjadinya, factor pemicu, usah-usaha yang telah dilakuakn untuk mencegah terjadunya perang, korban, dan akibat dari perang tersebut.




Ringkasan: 

**Berpikir Diakronis dan Sinkronis dalam Sejarah**

Sejarah sebagai disiplin ilmu mempelajari peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa tersebut membentuk peradaban manusia. Dalam memahami sejarah, terdapat dua pendekatan utama: **diakronis** dan **sinkronis**.

1. **Konsep Dasar Berpikir Sejarah**
   - **Diakronis**: Pendekatan diakronis menelusuri perubahan sejarah dari waktu ke waktu. Ini melibatkan analisis perubahan, perkembangan, dan transisi.
   - **Sinkronis**: Pendekatan sinkronis memeriksa situasi sejarah pada suatu titik waktu tertentu. Ini fokus pada hubungan antara elemen-elemen yang ada secara bersamaan.

2. **Keterkaitan Berpikir Sejarah Secara Diakronik dan Sinkronik**
   - Keduanya saling melengkapi. Diakronis membantu kita memahami perubahan sejarah, sementara sinkronis membantu kita melihat konteks saat itu.
   - Contoh: Dalam memahami Revolusi Industri, kita perlu melihat perubahan teknologi (diakronis) dan dampaknya pada masyarakat (sinkronis).

3. **Keterkaitan Konsep Ruang dan Waktu dalam Sejarah**
   - Diakronis memperhatikan perubahan seiring waktu, sedangkan sinkronis mempertimbangkan peristiwa dalam konteks geografis tertentu.
   - Contoh: Bagaimana Perang Dunia I mempengaruhi Eropa (sinkronis) dan bagaimana dampaknya berlanjut hingga Perang Dunia II (diakronis).

4. **Penerapan Berpikir Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah**
   - Guru sejarah mengajarkan siswa untuk berpikir diakronis dan sinkronis agar mereka dapat memahami sejarah secara lebih komprehensif.

5. **Kesinambungan dan Perubahan (Continuity and Change)**
   - Diakronis membantu kita melihat kesinambungan (apa yang bertahan) dan perubahan (apa yang berubah) dalam sejarah.

6. **Perkembangan dan Kemerosotan (Progress and Decline)**
   - Diakronis memungkinkan kita memahami bagaimana peradaban berkembang atau mengalami kemerosotan.

7. **Empati dan Penilaian Moral (Empathy and Moral Judgement)**
   - Berpikir sejarah juga melibatkan empati terhadap orang-orang di masa lalu dan penilaian moral terhadap tindakan mereka.

8. **Historical Agency**
   - Diakronis dan sinkronis membantu kita menghargai peran individu dan kelompok dalam sejarah.

Konsep Dasar Berpikir Sejarah
            Sejarah berasal dari serapan bahasa arab yaitu kata Syajarotun yang berarti pohon. Pengertian sejarah secara umum diartikan kisah atau cerita yang mengupas kehidupan manusia dimasa lampau. Menurut Kuntowijoyo, dalam mempelajari sejarah tidak terlepas dari cara berpikir Diakronis dan Sinkronis, yang masing-masing saling melengkapai.

 Berpikir Sejarah Secara Diakronis
            Menurut Galtung, diakronis berasal dari bahasa Yunani, diakronis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba.
a)      Contoh berpikir sejarah secara diakronis
        Menjelaskan peristiwa detik-detik proklamasi harus menjelaskan pula peristiwa-peristiwa yang melatarbelakanginya, seperti: peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu, reaksi pemuda Indonesia terhadap berita kekalahan Jepang, peristiwa Rengasdengklok, penyususnan teks proklamasi, dan lain sebagainya.

b)      Ciri-ciri berpikir sejarah secara diakronis
  • Mengkaji dengan berlalunya masa
  • Menitik beratkan pengkajian peristiwa pada sejarahnya
  • Bersifat historis atau komparatif
  • Bersifat vertikal
  • Terdapat konsep perbandingan
  • Cakupan kajian lebih luas


Berpikir Sejarah Secara Sinkronik
           Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dankhronos yang berarti waktu, masa.
  pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah  mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dibatasi oleh waktu.
a)      Contoh berpikir sejarah secara sinkronis
Menggambarkan keadaan ekonomi  di Indonesia pada suatu waktu tertentu, seperti: Keadaan ekonomi masyarakat Indonesia tahun 1945-1950

b)      Ciri-ciri berpikir sejarah secara sinkronis
  • Mengkaji  pada masa tertentu
  • Menitik beratkan pengkajian  pada strukturnya(karakternya)
  • Bersifat horizontal
  • Tidak ada konsep perbandingan
  • Cakupan kajian lebih sempit
  • Memiliki sistematis yang tinggi
  • Bersifat lebih serius dan sulit

Keterkaitan Berpikir Sejarah Secara Diakronik dan Sinkronik

            Sejarah adalah proses, dalam kata lain sejarah adalah perkembangan. Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruang yang terbatas. Sejarah mengenal adanya suatu proses kontinuitas atau berkelanjutan

           Sedangkan ilmu sosial itu bersifat sinkronis (menekankan struktur) artinya  ilmu sosial meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya
           Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis.

Contoh: Candi Borobudur merupakan peninggalan sejarah kehidupan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha. Sehingga dalam menceritakan tentang Candi Borobudur tidak hanya menceritakan bagaimana urutan waktu (aspek Diakronis) Candi borobudur dibangun tapi juga bisa kita lihat bagaimana kehidupan politik, ekonomi, sosial dan  budaya (Aspek Sinkronis) pada masa pembangunan Candi tersebut. Secara Diakronis Candi Borobudur dibangun antara kurun waktu 760 sampai 830 M dan dibangun dalam 4 tahap dengan arsiteknya Gunadarma dan rampung pada masa pemerintahan Raja Samaratungga. Kita dapat berfikir secara sinkronik dari Bangunan monumental Semegah candi Borobudur mungkinkah dibangun oleh masyarakat yang kacau, tentu saja tidak bangunan yang megah tersebut tentu dibangun masyarakat yang makmur (aspek ekonomi), hidup bergotong royong dan toleransi (Aspek sosial budaya), memiliki raja yang berwibawa (aspek politik) dan religius (aspek Agama).

Keterkaitan Konsep Ruang dan Waktu dalam Sejarah
a) Konsep Ruang
  • Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu
  • Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa sejarah dalam perjalanan waktu
  • Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut
  • Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.

b) Konsep Waktu
  • Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup
  • Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang
  • Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa


Penerapan Berpikir Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah
      Penerapan berfikir sejarah secara diakronik dan sinkronik dalam pembelajaran sejarah, yaitu:
Kepentingan (Significance)
                 Dalam unsur kepentingan sejarah ini, siswa perlu mempunyai kemahiran membedakan antara peristiwa yang remeh dan penting. Dalam hal ini pemilihan kepentingan sejarah bergantung kepada minat dan nilai yang terdapat dalam masyarakat tersebut. Oleh itu siswa disarankan untuk mengkaji sejarah tentang masyarakat, kehidupan dan perkara-perkara yang mempunyai kepentingan kepada mereka.

Epistemologi dan bukti (Epistemology and evidence)
                 Epistemologi dan bukti melibatkan pemahaman bagaimana kita mengetahui masa lampau. Apakah bukti yang kita ada ? Sejauhmana bukti tersebut boleh dipercayai? Bagaimana kita boleh menjelaskan tentang kewujudan tafsiran sejarah yang berbeza dan bertentangan. Sebagai contoh kanak-kanak tidak sepatutnya dibiarkan dengan pandangan bahawa hanya ada satu kisah benar sahaja pada masa lampau. Sedangkan pada hakikatnya sejarawan membuat pelbagai inferens berdasarkan bukti, justeru itu wujud pelbagai tafsiran tentang sesuatu peristiwa masa lalu.

Kesinambungan dan perubahan (Continuity and Change)
                 Unsur ini menekan pemahaman tentang perubahan masa lalu yang merupakan pusat pemikiran Sejarah. Umur merupakan faktor untuk memahami keadaan ini; iaitu seseorang yang berumur dikatakan lebih memahami perubahan yang berlaku pada masa lalu misalnya perubahan dari segi teknologi dan nilai berbanding dengan mereka yang lebih muda. Namun begitu terdapat juga pengkaji yang menolak pendapat ini. Menurut mereka umur bukanlah satu faktor utama dalam memahami perubahan masa lalu. Menurut pengkaji-pengkaji ini pengalaman hidup turut menjadi faktor iaitu golongan muda yang mengalami pengalaman perang, pelarian, imigran dan mereka yang kehilangan ibu bapa atau yang berpindah randah dari satu kawasan ke kawasan lain mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang perubahan Sejarah berbanding dengan mereka yang hidup dalam suasana yang aman.

Perkembangan dan kemerosotan (Progress and decline)
                 Berdasarkan unsur ini siswa perlu memahami bahawa dalam kehidupan akan mengalami peringkat perkembangan dan kemerosotan. Dalam peringkat perkembangan hidup seseorang mengalami kejayaan, manakala kemerosotan mereka mengalami satu keadaan yang sukar. Oleh itu dalam konsep pemikiran Sejarah mereka seharusnya dapat mengenalpasti atau membezakan kewujudan dua keadaan ini. Ini adalah penting agar mereka dapat memahami proses yang berlaku dalam peristiwa Sejarah.

Empati dan penilaian moral (empathy and moral judgement)
                 Pemikiran sejarah memerlukan seseorang mempunyai daya imaginasi dan empati. Tujuannya agar pelajar-pelajar tidak merasa asing dan pelik tentang peristiwa masa lalu. Malah mereka seharusnya perlu mempunyai rasa hormat dan perasaan ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa masa lepas. Penyelidik British Christopher Portal(1987), menegaskan bahawa empati merupakan satu cara pemikiran imaginative yang memerlukan kemahiran kognitif untuk melihat nilai-nilai kemanusiaan dalam peristiwa Sejarah.

Historical Agency
                 Elemen terakhir pemikiran sejarah ini merujuk kepada bagaimana dan mengapa sesuatu perkara itu terjadi. Dalam elemen ini pelajar ditekankan supaya menghargai Sejarah dan memahami bahawa tindakan rakyat pada masa lampau memberi kesan kepada rakyat pada masa kini. Seterusnya menyedari bahawa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mereka pada masa kini akan memberi kesan kepada generasi yang akan datang. Mempunyai pemikiran Sejarah bukan sahaja memikirkan tentang masa lampau , malah ia melibatkan melihat diri sendiri sebagai waris daripada masa lampau dan sebagai pelaku pada masa kini.

Share with your friends