Berpikir Diakronis dan Sinkronis dalam Sejarah
Konsep Dasar Berpikir Sejarah
Sejarah
mengajarkan kepada kita cara berpikir Diakronis/kronologis, artinya berpikirlah
secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Tanpa berpikir secara runtut dan
berkesinambungan dalam mengidentifikasi suatu permasalahan, kita akan
dihadapkan pada pemecahan masalah atau pemberian solusi yang tidak tepat.
Cara
berpikir sinkronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam
mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada
waktu tertentu. Konsep berpikir sinkronik banyak diterapkan pada ilmu-ilmu
social lainnya, terutama jika ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang
sesuatu hal yang tengah menjadi focus perhatian kita.
Selain
melatih kita untuk dapat berpikir kronologi dan sinkronik, sejarah juga
mengajarkan kepada kita cara berpikir holistic. Holistic mempunyai pengertian
menyeluruh, artinya dalam mengamati atau mempelajari suatu peristiwa kita
hendaknya menggunakan cara pandang dengan mempertimbangkan berbagai aspek.
Sebagai contoh, kita ingin mempelajari mengapa perang dapat terjadi? Dengan
cara berpikir holistic kita akan memulai mempelajari sebab-sebab, tokoh yang
terlibat, dimana kejadiannya, kapan terjadinya, factor pemicu, usah-usaha yang
telah dilakuakn untuk mencegah terjadunya perang, korban, dan akibat dari
perang tersebut.
Ringkasan:
**Berpikir Diakronis dan Sinkronis dalam Sejarah**
Sejarah sebagai disiplin ilmu mempelajari peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa tersebut membentuk peradaban manusia. Dalam memahami sejarah, terdapat dua pendekatan utama: **diakronis** dan **sinkronis**.
1. **Konsep Dasar Berpikir Sejarah**
- **Diakronis**: Pendekatan diakronis menelusuri perubahan sejarah dari waktu ke waktu. Ini melibatkan analisis perubahan, perkembangan, dan transisi.
- **Sinkronis**: Pendekatan sinkronis memeriksa situasi sejarah pada suatu titik waktu tertentu. Ini fokus pada hubungan antara elemen-elemen yang ada secara bersamaan.
2. **Keterkaitan Berpikir Sejarah Secara Diakronik dan Sinkronik**
- Keduanya saling melengkapi. Diakronis membantu kita memahami perubahan sejarah, sementara sinkronis membantu kita melihat konteks saat itu.
- Contoh: Dalam memahami Revolusi Industri, kita perlu melihat perubahan teknologi (diakronis) dan dampaknya pada masyarakat (sinkronis).
3. **Keterkaitan Konsep Ruang dan Waktu dalam Sejarah**
- Diakronis memperhatikan perubahan seiring waktu, sedangkan sinkronis mempertimbangkan peristiwa dalam konteks geografis tertentu.
- Contoh: Bagaimana Perang Dunia I mempengaruhi Eropa (sinkronis) dan bagaimana dampaknya berlanjut hingga Perang Dunia II (diakronis).
4. **Penerapan Berpikir Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah**
- Guru sejarah mengajarkan siswa untuk berpikir diakronis dan sinkronis agar mereka dapat memahami sejarah secara lebih komprehensif.
5. **Kesinambungan dan Perubahan (Continuity and Change)**
- Diakronis membantu kita melihat kesinambungan (apa yang bertahan) dan perubahan (apa yang berubah) dalam sejarah.
6. **Perkembangan dan Kemerosotan (Progress and Decline)**
- Diakronis memungkinkan kita memahami bagaimana peradaban berkembang atau mengalami kemerosotan.
7. **Empati dan Penilaian Moral (Empathy and Moral Judgement)**
- Berpikir sejarah juga melibatkan empati terhadap orang-orang di masa lalu dan penilaian moral terhadap tindakan mereka.
8. **Historical Agency**
- Diakronis dan sinkronis membantu kita menghargai peran individu dan kelompok dalam sejarah.
Konsep Dasar Berpikir Sejarah
Sejarah
berasal dari serapan bahasa arab yaitu kata Syajarotun yang berarti pohon.
Pengertian sejarah secara umum diartikan kisah atau cerita yang mengupas
kehidupan manusia dimasa lampau. Menurut Kuntowijoyo, dalam mempelajari sejarah
tidak terlepas dari cara berpikir Diakronis dan Sinkronis, yang masing-masing
saling melengkapai.
Berpikir Sejarah Secara Diakronis
Menurut
Galtung, diakronis berasal dari bahasa Yunani, diakronis dapat diartikan
sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya
dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba.
a) Contoh berpikir
sejarah secara diakronis
Menjelaskan
peristiwa detik-detik proklamasi harus menjelaskan pula peristiwa-peristiwa
yang melatarbelakanginya, seperti: peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu,
reaksi pemuda Indonesia terhadap berita kekalahan Jepang, peristiwa
Rengasdengklok, penyususnan teks proklamasi, dan lain sebagainya.
b) Ciri-ciri berpikir
sejarah secara diakronis
- Mengkaji dengan berlalunya masa
- Menitik beratkan pengkajian peristiwa pada sejarahnya
- Bersifat historis atau komparatif
- Bersifat vertikal
- Terdapat konsep perbandingan
- Cakupan kajian lebih luas
Berpikir Sejarah Secara Sinkronik
Kata
sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan,
dankhronos yang berarti waktu, masa.
pengertian berpikir
sinkronik dalam sejarah adalah mempelajari (mengkaji) struktur
(karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dibatasi
oleh waktu.
a) Contoh berpikir
sejarah secara sinkronis
Menggambarkan keadaan ekonomi di Indonesia pada
suatu waktu tertentu, seperti: Keadaan ekonomi masyarakat Indonesia tahun
1945-1950
b) Ciri-ciri berpikir
sejarah secara sinkronis
- Mengkaji pada masa tertentu
- Menitik beratkan pengkajian pada strukturnya(karakternya)
- Bersifat horizontal
- Tidak ada konsep perbandingan
- Cakupan kajian lebih sempit
- Memiliki sistematis yang tinggi
- Bersifat lebih serius dan sulit
Keterkaitan Berpikir Sejarah Secara Diakronik dan Sinkronik
Sejarah
adalah proses, dalam kata lain sejarah adalah perkembangan. Ilmu sejarah
sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan dalam
ruang yang terbatas. Sejarah mengenal adanya suatu proses kontinuitas atau
berkelanjutan
Sedangkan ilmu sosial itu bersifat
sinkronis (menekankan struktur) artinya ilmu sosial meluas dalam
ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu,
titik tetap pada waktunya
Kedua
ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin
mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial
lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan
sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan
sinkronis.
Contoh: Candi Borobudur merupakan peninggalan sejarah
kehidupan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha. Sehingga dalam menceritakan
tentang Candi Borobudur tidak hanya menceritakan bagaimana urutan waktu (aspek
Diakronis) Candi borobudur dibangun tapi juga bisa kita lihat bagaimana
kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya (Aspek Sinkronis) pada
masa pembangunan Candi tersebut. Secara Diakronis Candi Borobudur dibangun
antara kurun waktu 760 sampai 830 M dan dibangun dalam 4 tahap dengan
arsiteknya Gunadarma dan rampung pada masa pemerintahan Raja Samaratungga. Kita
dapat berfikir secara sinkronik dari Bangunan monumental Semegah candi
Borobudur mungkinkah dibangun oleh masyarakat yang kacau, tentu saja tidak
bangunan yang megah tersebut tentu dibangun masyarakat yang makmur (aspek
ekonomi), hidup bergotong royong dan toleransi (Aspek sosial budaya), memiliki
raja yang berwibawa (aspek politik) dan religius (aspek Agama).
Keterkaitan Konsep Ruang dan Waktu dalam Sejarah
a) Konsep Ruang
- Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu
- Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa sejarah dalam perjalanan waktu
- Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut
- Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
b) Konsep Waktu
- Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup
- Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang
- Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa
Penerapan Berpikir Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah
Penerapan berfikir sejarah secara diakronik dan sinkronik
dalam pembelajaran sejarah, yaitu:
Kepentingan (Significance)
Dalam
unsur kepentingan sejarah ini, siswa perlu mempunyai kemahiran membedakan
antara peristiwa yang remeh dan penting. Dalam hal ini pemilihan kepentingan
sejarah bergantung kepada minat dan nilai yang terdapat dalam masyarakat
tersebut. Oleh itu siswa disarankan untuk mengkaji sejarah tentang masyarakat,
kehidupan dan perkara-perkara yang mempunyai kepentingan kepada mereka.
Epistemologi dan bukti (Epistemology and evidence)
Epistemologi
dan bukti melibatkan pemahaman bagaimana kita mengetahui masa lampau. Apakah
bukti yang kita ada ? Sejauhmana bukti tersebut boleh dipercayai? Bagaimana
kita boleh menjelaskan tentang kewujudan tafsiran sejarah yang berbeza dan
bertentangan. Sebagai contoh kanak-kanak tidak sepatutnya dibiarkan dengan
pandangan bahawa hanya ada satu kisah benar sahaja pada masa lampau. Sedangkan
pada hakikatnya sejarawan membuat pelbagai inferens berdasarkan bukti, justeru
itu wujud pelbagai tafsiran tentang sesuatu peristiwa masa lalu.
Kesinambungan dan perubahan (Continuity and Change)
Unsur
ini menekan pemahaman tentang perubahan masa lalu yang merupakan pusat
pemikiran Sejarah. Umur merupakan faktor untuk memahami keadaan ini; iaitu seseorang
yang berumur dikatakan lebih memahami perubahan yang berlaku pada masa lalu
misalnya perubahan dari segi teknologi dan nilai berbanding dengan mereka yang
lebih muda. Namun begitu terdapat juga pengkaji yang menolak pendapat ini.
Menurut mereka umur bukanlah satu faktor utama dalam memahami perubahan masa
lalu. Menurut pengkaji-pengkaji ini pengalaman hidup turut menjadi faktor iaitu
golongan muda yang mengalami pengalaman perang, pelarian, imigran dan mereka
yang kehilangan ibu bapa atau yang berpindah randah dari satu kawasan ke
kawasan lain mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang perubahan Sejarah
berbanding dengan mereka yang hidup dalam suasana yang aman.
Perkembangan dan kemerosotan (Progress and decline)
Berdasarkan
unsur ini siswa perlu memahami bahawa dalam kehidupan akan mengalami peringkat
perkembangan dan kemerosotan. Dalam peringkat perkembangan hidup seseorang
mengalami kejayaan, manakala kemerosotan mereka mengalami satu keadaan yang
sukar. Oleh itu dalam konsep pemikiran Sejarah mereka seharusnya dapat
mengenalpasti atau membezakan kewujudan dua keadaan ini. Ini adalah penting
agar mereka dapat memahami proses yang berlaku dalam peristiwa Sejarah.
Empati dan penilaian moral (empathy and moral
judgement)
Pemikiran
sejarah memerlukan seseorang mempunyai daya imaginasi dan empati. Tujuannya
agar pelajar-pelajar tidak merasa asing dan pelik tentang peristiwa masa lalu.
Malah mereka seharusnya perlu mempunyai rasa hormat dan perasaan ingin tahu
tentang peristiwa-peristiwa masa lepas. Penyelidik British Christopher
Portal(1987), menegaskan bahawa empati merupakan satu cara pemikiran
imaginative yang memerlukan kemahiran kognitif untuk melihat nilai-nilai
kemanusiaan dalam peristiwa Sejarah.
Historical Agency
Elemen
terakhir pemikiran sejarah ini merujuk kepada bagaimana dan mengapa sesuatu
perkara itu terjadi. Dalam elemen ini pelajar ditekankan supaya menghargai
Sejarah dan memahami bahawa tindakan rakyat pada masa lampau memberi kesan
kepada rakyat pada masa kini. Seterusnya menyedari bahawa tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh mereka pada masa kini akan memberi kesan kepada generasi
yang akan datang. Mempunyai pemikiran Sejarah bukan sahaja memikirkan tentang
masa lampau , malah ia melibatkan melihat diri sendiri sebagai waris daripada
masa lampau dan sebagai pelaku pada masa kini.