CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT PRAAKSARA dan Tipologi hasil budaya pra aksara di Indonesia
Kehidupan Sosial, Kebudayaan dan Teknologi Masa Praaksara di Indonesia
1. Masa Berburu dan Meramu (Food Gathering)/Mengumpulkan Makanan
a) Kehidupan Sosial
1. Pada masyarakat food gathering, mereka sangat menggantungkan diri pada alam. Dimana daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah.
Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah sebagai berikut:
a. Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diami.
b. Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik.
c. Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak dan mudah diperoleh.
2. Mereka masih hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula kelompok yang tinggal di daerah pantai
3. Mencari makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai atau danau. Mereka mencari kerang sebagai makanannya.
4. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam mengikuti binatang buruan atau mengumpulkan makanan.
5. Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja, laki-laki pada umumnya melakukan perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan makanan seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu makanan yang akan di makan.
6. Hubungan antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang buas.
7. Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil karena situasi yang berat, dengan peralatan yang masih sangat primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai bahaya.
b) Kehidupan Budaya
1. Dengan peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, lama kelamaan mereka membuat perahu.
2. Mereka belum mampu membuat gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal cara memasak makanan, salah satunya yaitu dengan cara membakar.
3. Mereka sudah mengenal perhiasan yang sanagat primitif yaitu dengan cara merangkai kulit-kulit kerang sebagai kalung.
4. Untuk mencukupi kebutuhan hiudup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan kayu.
5. Pada masa itu mereka memilih untuk tinggal di gua-gua, dari tempat tersebut ditemukan peninggalan berupa alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu, seperti:
– Kapak perimbas, Kapak Penetak, Kapak genggam, Pahat genggam, Alat serpih, Alat-alat dari tulang, dll.
c) Teknologi
Teknologi masa food gathering masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka.
2. Masa Bercocok Tanam (Food Producing) dan Beternak
a) Kehidupan Sosial
1. Kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan
2. Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia telah dapat menguasai alam lingkungan.
3. Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi.
4. Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-kelompok perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah tempat tinggal.
5. Populasi penduduk meningkat, usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.
6. Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.
7. Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para anggotanya.
8. Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
b) Kehidupan Budaya
1. Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik
2. Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang
3. Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam:
Beliung Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.
c) Teknologi
Pada masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara besar-besaran dalam peradaban manusia yaitu dari kehidupan food gathering menjadi food producing. Sehingga terjadi perubahan yang sangat mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan umat manusia.
3. MASA PERTANIAN
Ketika ditemukan tanaman padi maka sistem pertanian menjadi semakin meningkat dan berkembang menjadi sistem persawahan. Mereka juga mulai memelihara binatang ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
a) Kehidupan Sosial
1. Bertani adalah mata pencahariannya. Mulai membudidayaakan tanaman dan hewan peliharaan tertentu seperti membudidayakan tanaman padi dan memelihara kerbau sebagai hewan ternak;
2. Mereka sudah berladang/ bersawah, dalam bekerja mereka melakukan secara bersama-bersama/ secara gotong royong. Dengan alat pendukung kapak perunggu yang berfungsi sebagai pacul;
3. Untuk mengisi waktu menunggu musim panen tiba mereka membuat anyaman dari bambu/ rotan;
4. Mendiami tempat-tempat kecil dengan tujuan untuk menghindari serangan binatang buas;
5. Mulai mendirikan rumah sebagai tempat berteduh dengan cara bergotong-royong yang disertai dengan upacara tradisional. Mulai menetap dalam waktu yang cukup lama. Mereka sudah mengenal pertukangan dengan alat pendukung berupa kapak beliung yang berfungsi sebagai alat pemotong kayu. Dengan alat-alat tersebut digunakan untuk mendirikan rumah dengan cara gotong-royong pula;
6. Muncul ikatan sosial antara masyarakat dan keluarga;
7. Muncul struktur kepemimpinan di kampung;
8. Mulai digunakan bahasa sebagai alat komunikasi;
9. Mereka telah memiliki aturan dalam kehidupan masyarakat guna ketertiban dan rapinya kerjasama dengan cara pembagian kerja;
10. Mereka memiliki kebiasaan untuk menyelenggarakan upacara secara teratur yang melibatkan orang lain.
b) Kehidupan Budaya dan Teknologi
1. Mereka sudah menetap, dan tinggal di rumah-rumah, membentuk perkampungan dan hidup sebagai petani;
2. Mereka telah mengenal musim sehingga dapat dipastikan mereka telah menguasai ilmu perbintangan (ilmu falak);
3. Mereka telah menggunakan alat-alat kehidupan yang halus seperti kapak persegi, dan kapak lonjong, selain itu juga menggunakan kapak perunggu, nekara, gerabah serta benda-benda megalitik;
4. Alat-alat yang dibuat dari batu, seperti kapak batu halus dengan beragai ukuran kapak batu dengan ukuran kecil yang indah digunakan sebagai mas kawin, alat penukar, atau alat upacara;
5. Kapak-kapak dari logam berupa perunggu memunculkan budaya megalitik berupa menhir, dolmen, punden berundak, pandhusa, dll;
6. Alat-alat yang dibuat dari tanah liat sangat berhubungan erat dengan adanya proses kimia, yaitu proses pencampuran tanah liat, penjemuran, dan teknik-teknik pembakarannya. Gerabah sudah dibuat dengan warna-warni dan dengan hiasan yang beraneka ragam. Seperti hiasan dari anyaman kain yang menunjukkan bahwa nenek moyang kita sudah mengenal tulisan.
4. MASA PERUNDAGIAN
a) Kehidupan Sosial
1. Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana;
2. Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen;
3. Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan;
4. Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat;
5. Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu;
6. Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.
b) Kehidupan Budaya
1. Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian yang tinggi;
2. Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya;
3. Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam.;
4. Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam;
5. Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.
c) Teknologi
1. Teknologi dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina;
2. Logam digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu;
3. Zaman logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat peralatan dengan teknologi sederhana dengan bahan baku logam;
4. Teknik yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya sebagai berikut :
1. Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala bagiannya;
2. Model lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah;
3. Dengan cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya akan cair dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung;
4. Jika lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi;
5. Setelah dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai yang terbuat dari logam.
Budaya Masa Pra-Sejarah Indonesia
Berbicara perkara kehidupan manusia, khususnya dalam arena prasejarah, tentu tidak akan terlepas dari perkara yang lain yaitu lingkungan alam dan budaya. Aspek lingkungan ini merupakan salah satu unsur penting pembentuk suatu budaya masyarakat. Manusia masa prasejarah masih sangat menggantungkan hidupnya pada alarn, oleh karena itu hubungan yang begitu dekat antara manusia dengan lingkungan membawa konsekuensi bahwa manusia hams senantiasa beradaptasi dengan lingkungan yang ditempati, salah satunya tercermin dari hasil budaya. Untuk mendapatkan penjelasan tentang kehidupan manusia masa prasejarah maka perlu mengintegrasikan antara tinggalan manusia, tinggalan budaya, dan lingkungan alamnya. Dengan demikian studi tentang hubungan antara manusia, budaya, dan lingkungan alam masa prasejarah merupakan topik yang tetap aktual menarik, dan perlu dikembangkan dalam disiplin ilmu arkeologi. Nilai-nilai budaya masa prasejarah artinya, konsep-konsep umum tentang masalah-masalah dasar yang sangat penting dan bernilai bagi kehidupan masyarakat prasejarah di Indonesia. Konsep-konsep umum dan penting itu hingga kini masih tersebar luas di kalangan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai budaya masa prasejarah Indonesia itu masih terlihat dalam bentuk kegiatan-kegiatan berikut:
1. Mengenal Astronomi
Pengetahuan tentang astronomi sangat penting dalam kehidupan mereka terutama pada saat berlayar waktu malam hari. Astronomi juga, penting artinya dalam menentukan musim untuk keperluan pertanian.
2. Mengatur Masyarakat
Dalam kehidupan kelompok masyarakat yang sudah menetap diperlukan adanya aturan-aturan dalam masyarakat. Pada masyarakat dari desa-desa kuno di Indonesia telah memiliki aturan kehidupan yang demokratis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam musyawarah dan mufakat memilih seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang dipilih itu diharapkan dapat melindungi masyarakat dari gangguan masyarakat luar maupun roh jahat dan dapat mengatur masyarakat dengan baik. Bila seorang pemimpin meninggal, makamnya dipuja oleh penduduk daerah itu.
3. Sistem Macapat
Sistem macapat ini merupakan salah satu butir dari 10 butir penelitian J.L.A. Brandes tentang keadaan Indonesia menjelang berakhirnya zaman prasejarah. Sistem macapat merupakan suatu tatacara yang didasarkan pada jumlah empat dan pusat pemerintah terletak di tengah-tengah wilayah yang dikuasainya. Pada pusat pemerintahan terdapat tanah lapang (alun-alun) dan di empat penjuru terdapat bangunan-bangunan yang penting seperti keraton, tempat pemujaan, pasar, penjara. Susunan seperti itu masih banyak ditemukan pada kota-kota lama.
4. Kesenian Wayang
Munculnya kesenian wayang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Jenis wayang yang dipertunjukkan adalah wayang kulit, wayang orang dan wayang golek (boneka). Cerita dalam pertunjukkan wayang mengambil tema tentang kehidupan pada masa itu dan setelah mendapat pengaruh bangsa Hindu muncul cerita Mahabarata dan Ramayana.
5. Seni Gamelan
Seni gamelan digunakan untuk mengiringi pertunjukkan wayang dan dapat mengiringi pelaksanaan upacara.
6. Seni Membatik
Seni membatik merupakan kerajinan untuk menghiasi kain dengan menggunakan alat yang disebut canting. Hiasan gambar yang diambil sebagian besar berasal dari alam lingkungan tempat tinggalnya. Di samping itu ada seni menenun dengan beraneka ragam corak.
7. Seni Logam
Seni membuat barang-barang dari logam menggunakan teknik a Cire Perdue. Teknik a Cire Perdueadalah cara membuat barangbarang dari logam dengan terlebih dulu membentuk tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam itu ada yang terbuat dari batu, tanah liat, dan sebagainya. Pada tempat cetakan itu dituang logam yang sudah dicairkan dan setelah dingin cetakan itu dipecahkan, sehingga terbentuk benda yang dibutuhkannya. Barang-barang logam yang ditemukan sebagian besar terbuat dari perunggu.
Peninggalan masa prasejarah
Peninggalan masa prasejarah Nusantara diketahui dari berbagai temuan-temuan coretan/lukisan di dinding gua atau ceruk di tebing-tebing serta dari penggalian-penggalian pada situs-situs purbakala.
Beberapa lokasi penemuan sisa-sisa prasejarah Nusantara:
Situs Gua Putri, Baturaja, Sumatera Selatan;
Lembah Sangiran, sekarang menjadi
Taman Purbakala Sangiran;
Situs Purbakala Wajak, Tulungagung;
Liang Bua, Pulau Flores;
Gua Leang-leang, Sulawesi;
Situs Gua Perbukitan Sangkulirang,
Kutai Timur;
Situs Pasemah di Lampung;
Situs Cipari,
Kuningan,
Jawa Barat;
Situs Goa Pawon,
Bandung,
Jawa Barat;
Situs Gunung Padang,
Cianjur,
Jawa Barat;
Situs Gilimanuk,
Jembrana,
Bali;
Situs Gua-gua Biak, Papua (40.000-30.000 SM);
Situs Lukisan tepi pantai di Raja Ampat, Papua Barat;
Situs Tutari, Kabupaten Jayapura, (periode Megalitikum);
Gua Babi di Gunung Batu Buli, desa Randu,
Muara Uya, Tabalon.
Tipologi hasil budaya pra aksara di Indonesia
1. Pengertian Tipologi
Secara Arkeologi, tipologi adalah ilmu yang mempelajari klasifikasi benda menurut karakteristiknya. Dengan tipologi juga, kita dapat menentukan umur suatu benda hasil kebudayaan masa praaksara. Dalam tipologi kebudayaan, kita akan mempelajari berbagai benda hasil kebudayaan yang muncul pada masa praaksara. Dengan demikian, kita dapat melihat perkembangan kebudayaan dalam masyarakat praaksara.
2. Pembabakan zaman Praaksara
Berdasarkan ilmu Geologi meliputi :
1. Jaman Arkeozoikum ( ± 2500 juta tahun yang lalu )
2. Jaman Paleozoikum ( ± 340 juta tahun )
3. Jaman Mesozoikum ( 251 – 65 juta tahun )
4. Jaman Neozoikum ( 60 juta tahun )
Berdasarkan teknologi yang di hasilkan meliputi :
Jaman Batu yang terbagi menjadi :
Jaman Batu Tua ( paleolithikum )
Jaman Batu Madya ( Mesolithikum )
Jaman Batu Baru ( Neolithikum )
Jaman Batu Besar ( Megalithikum )
Jaman Logam yang terbagi menjadi :
Jaman Perunggu
Jaman Tembaga
Jaman Besi
3. Hasil kebudayaan zaman Praaksara
Zaman Batu
Paleolitikum
Kebudayaan paleolitikum merupakan kebudayaan batu tua yang pertama kali muncul pada zaman praaksara. Oleh karena zamannya yang merupakan batu tua, hasil kebudayaannya pun masih sangat sederhana sekali. Sifatnya masih kasar dan dan belum diasah halus. Alat-alat yang dibuat hampir tidak mengubah bentuk aslinya, karena teknologi yang di kuasai masih sangat primitif dan sederhana.
Zaman Paleolitikum ini merupakan zaman tertua di Indonesia, berbagai peralatan peninggalan zaman ini telah di temukan di pulau Jawa dan luar Jawa. Pada zaman ini di Indonesia dikenal dua kebudayaan, yaitu kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan di temukan tahun 1935 oleh Von Koenigswald di daerah Pacitan. Ciri kebudayaan pacitan yaitu alat-alat dari batu yang berfungsi sebagai kapak dan berbentuk tidak bertangkai atau kapak genggam. Alat tersebut diperkirakan milik manusia jenis Pithecantropus Erectus. Sementara kebudayaan Ngandong ditemukan di daerah Ngandong dan sidoarjo dengan alat-alat yang ditemukan berupa alat dari tulang, kapak genggam, alat penusuk dari tanduk rusa, dan flake (alat-alat yang terbuat dari batu kecil). Selain di ngandong alat-alat ini juga ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan).
Manusia pendukung kebudayaan pacitan adalah pithecanthropus erectus sedangkan pendukung kebudayaan ngandong adalah Homo Sooloensis dan Homo wajakensis
Mesolitikum
Kebudayaan Mesolitikum merupakan kebudayaan lanjutan dari Paleolitikum atau dikenal dengan sebutan zaman batu tengah. Ketika manusia praaksara mulai berkembang tingkat intelegensia, mereka mulai menghasilkan benda-benda yang sudah lebih kompleks. Kehidupan pada masa ini masih berburu , namun mereka sudah mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam sederhana. Seorang peneliti jerman bernama Van Stein Callenfels membedakan kebudayaan Mesolitikum menjadi tiga.
a. Kebudayaan Pebble di Sumatra Timur
Kjokkenmoddinger merupakan ciri utama kebudayaan ini. Peradaban ini ditemukan di Aceh Tamiang, gua Kepah Sumatra dan Kawal Darat Bintan. Pada tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels, melakukan penelitian di bukit kerang di sepanjang pantai Timur Sumatra yakni langsa dan medan dan hasilnya banyak ditemukan kapak genggam namun berbeda dengan kebudayaan Paleolitikum karena lebih halus. Kapak genggam pada zaman ini disebut Pabble (kapak genggam dari sumatra/sumatralith). Bentuk kapak ini bulat, dibuat dri batu kali dengan cara membelah batu menjadi dua bagian dan bagian belahan tersebut diasah lebih lanjut sehingga menjadi agak halus. Selain pabble pada masa ini juga ditemukan kapak pendek dengan bentuk setengah lingkaran seperti kapak genggam (chopper). Mereka juga menggunakan batu pipih dan batu landasan untuk menggiling makanan dan membuat cat merah
b. Kebudayaan tulang di Sampung
Kebudayaan tulang di Sampung, Ponorogo, Jawa Timur di temukan di Abris Sous Roche, yaitu gua-gua yang digunakan untuk tempat tinggal. Alat-alat yang ditemukan oleh van Stei Callenfels pada tahun 1928-2931 di gua Lawa, Sampung berupa ujung panah dan flakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang dan tanduk rusa. Disana juga ditemukan Pabble yang merupakan inti dari kebudayaan mesolitikum.
c. Kebudayaan Flakes di Toala
Abris Sous Roche juga ditemukan di Sulawesi Selatan. Disana ditemukan flake,ujung panah yang sisinya bergerigi dan pabble.
²Neolitikum
Zaman neolitikum (zaman batu baru) kehidupan masyarakatnya semakin maju. Manusia tidak hanya sudah hidup secara menetap tetapi juga telah bercocok tanam. Revolusi kebudayaan terjadi pada zaman neolitikum karena perubahan pola hidup manusia. Pola hidup food gathering menjadi pola food producing. Hal ini seiring dengan terjadinya perubahan jenis pendukung kebudayaanya. Pada zaman ini telah hidup jenis Homo sapiens sebagai pendukung kebudayaan zaman batu baru yang hidup menetap dan telah memiliki tempat tinggal. Mereka mulai mengenal bercocok tanam dan beternak sebagai proses untuk menghasilkan atau memproduksi bahan makanan. Hidup bermasyarakat dengan bergotong royong mulai dikembangkan. Hasil kebudayaannya sudah halus dan sempurna yang dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu kapak persegi dan kapak lonjong .
Berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan hewan mulai dipelihara dan dijinakkan. Hutan belukar mulai dikembangkan, untuk membuat ladang-ladang. Dalam kehidupan bercocok tanam ini, manusia sudah menguasai lingkungan alam beserta isinya.
Ciri khas zaman ini adalah alat-alat yang digunakan telah diasah lebih halus dengan bentuk yang semakin baik. Alatnya berupa kapak lonjong dan kapak persegi. Daerah Sumatra, Jawa, Bali dan sebagian Kalimantan Barat merupakan daerah persebaran kapak persegi. Sedangkan persebaran kapak lonjong lebih kearah timur Indonesia yaitu Papua. Dan ada pula daerah campuran penyebaran kapak lonjong dan kapak persegi yaitu Sulawesi dan daerah-daerah Sumbawa Timur.
Megalitikum
Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yangberarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah mulai meningkat.
Hasil Kebudayaan Megalithikum
1. Menhir : tugu batu yang dibuat sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang
2. Dolmen : meja batu yang menjadi tempat saji dan pemujaan kepada nenek moyang
3. Sarkofagus : bentuknya seperti palung lesung, tetapi mempunyai tutup.
4. Kubur batu : merupakan peti batu yang papan-papannya lepas satu dari lainnya.
5. Punden berundak : bangunan pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang
6. Arca-arca : melambangkan nenek moyang dan menjadi pujaan.
Sistem kepercayaan
Animisme
Yaitu kepercayaan kepada nenek moyang terhadap roh ( jiwa ) nenek moyang yaang telah meninggal dan masih berpengaruh terhadap kehidupan di dunia.
Dinamisme
Yaitu paham kepercayaan terhadap benda – benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib
Totemisme
Yaitu paham kepercayaaan yang menganggap suci / memiliki kekuatan supranatural roh binatang tertentu seperti harimau, sapi, ular, dan kucing.
Zaman logam
Disebut zaman logam karena penunjang kehidupan manusia sebagian besar terbuat dari logam. Masyarakat banyak menggunakan peralatan dari logam, namun tidak semua memiliki keahlian untuk membuat peralatan dari logam. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat serta keahlian khusus. Tempat untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli mengerjakannya dikenal dengan sebutan Undagi. Ada dua teknik pencetakan logam yaitu bivolvedan a cire perdue. Teknik bivolve dilakukan dengan cara menggunakan cetakan-cetakan batu yang dapat dipergunakan berulang kali. Cetakan terdiri dari dua bagian (kadang-kadang lebih, khususnya untuk benda-benda besar) diikat. Kedalam rongga cetakan itu dituangkan perunggu cair. Kemudian cetakan itu dibuka setelah logamnya mengering.
Teknik a cire perdue dikenal pula dengan istilah cetak lilin. Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat cetakan model benda dari lilin. Cetakan tersebut kemudian dibungkus dengan tanah liat. Setelah itu tanah liat yang berisi lilin itu dibakar. Lilin akan mencair dan keluar dari lubang yang telah dibuat. Maka terjadilah benda tanah liat bakar yang berongga. Bentuk rongga itu sama dengan bentuk lilin yang telah cair. Setelah cairan logam dingin, cetakan tanah liat dipecah dan terlihatlah cairan logam yang telah membeku membentuk suatu barang sesuai dengan rongga yang ada dalam tanah liat
Pembagian Zaman Logam
1. Zaman Tembaga
Zaman dimana orang mulai menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Namun di Indonesia tidak di temukan hasil kebudayaan zaman tembaga.
2. Zaman Perunggu
Pada zaman ini manusia telah mendapat logam campuran yang lebih keras dari tembaga untuk pembuatan alat- alatnya yaitu perunggu yang merupakan percampuran antara tembaga dan timah. Hasil terpenting kebudayaan ini adalah kapak corong dan nekara.
3. Zaman Besi
Zaman ketika orang telah dapat melebur besi dari bijihnya untuk dituang menjadi alat- alat yang diinginkan. Alat yang digunakan lebih sempurna. Teknik pembuatan alat yang terbuat dari logam dikenal dengan teknik a cire pentue dan bivalve. Alat- alat pada zaman ini seperti kapak, sabit, pisau, cangkul, padang, tongkat dan tembilang. Tidak banyak ditemukan mungkin karena berkarat dan hancur. Tempat penemuan: Bogor, Wanasari, Ponorogo dan Besuki. Zaman Besi menandakan zaman terakhir dari zaman prasejarah
//add jQuery library
YANG LEBIH LENGKAP SILAHKAN DOWNLOAD DISINI YADAN BUKU SEJARAH KELAS 10 ELEKTRONIK PDF DOWNLOAD DISINI