INTERAKSI SOSIAL - Diluar Sekolah

Selasa, 24 November 2015

INTERAKSI SOSIAL

INTERAKSI SOSIAL

A. Tindakan Sosial
Menurut Max Weber tindakan sosial adalah tindakan yang memiliki arti subyektif bagi individu dan diarahkan pada orang lain. Pada dasarnya tindakan sosial dapat dibedakan menjadi empat tipe tindakan berikut.

1. Tindakan Rasionalitas Instrumental
Tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara alat yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Contoh ketika seseorang membeli laptop ia akan mempertimbangkan berbagai macam merek laptop dan kemudian menentukan pilihan terhadap suatu laptop berdasarkan jumlah alat (uang) yang ia miliki serta manfaat yang akan didapat dari pembelian tersebut.

2. Tindakan Rasionalitas yang Berorientasi Nilai

Sifat rasionalitas yang berorientasi nilai adalah dalam mempertimbangkan alat-alat yang akan digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan tujuan tindakan itu sendiri berupa nilai-nilai yang sudah ada dan bersifat absolut. Contoh tindakan religius, dalam melaksanakan ibadah tujuannya adalah melaksanakan perintah Allah SWT untuk mendapatkan rasa damai di dalam jiwa.

3. Tindakan Tradisional
Merupakan tipe tindakan yang bersifat nonrasional. Tindakan ini dilakukan tanpa perhitungan secara matang, melainkan lebih karena kebiasaan yang berlaku selama ini dalam masyarakat. Satu-satunya alasan bagi individu yang melakukan tindakan tradisional adalah bahwa “inilah cara yang sudah dilaksanakan oleh nenek moyang kami, dan demikian pula nenek moyang kami sebelumnya, ini adalah cara yang sudah begini dan akan selalu terus begini”. Contoh tradisi yang dilakukan karena warisan turun temurun.

4. Tindakan Afektif
Tindakan yang irrasional karena dikuasai oleh perasaan (afeksi) ataupun emosi, tanpa perhitungan atau pertimbangan yang matang. Seseorang yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif.

B. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan semua tindakan yang berciri resiprosikal (timbal balik) atau melibatkan dua belah pihak. Interaksi sosial erat kaitannya dengan naluri manusia untuk selalu hidup bersama dengan orang lain dan ingin bersatu dengan lingkungan sosialnya. Naluri ini dinamakan gregariousness.

1. Faktor-faktor Interaksi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto terdapa emapt faktor yang menjadi dasar proses interaksi sosial.
a. Imitasi yaitu tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku atau penampilan fisik seseorang.
b. Sugesti yaitu pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain.
c. Identifikasi yaitu kecendrungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan idolanya. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya telah amat kuat.
d. Simpati yaitu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Rasa tertarik ini didasari oleh keinginan untuk memahami perasaan pihak lain atau bekerjasama dengannya.

2. Syarat-syarat Interaksi Sosial
a. KontakSecara harfiah kontak berarti saling menyentuh. Dalam sosiologi, kata kontak tidak hanya berarti saling menyentuh secara fisik belaka. Kontak dapat saja terjadi tanpa saling menyentuh.
Dilihat dari wujudnya kontak sosial dibedakan menjadi:
1) Kontak antarindividu, contoh: kontak antara anak dengan orang tuanya.
2) Kontak antarkelompok, contoh: kontak antara dua kesebelasan di lapangan.
3) Kontak antara individu dan satu kelompok, contoh: kontak antara seorang pembicara dan peserta dalam suatu seminar.
Dilihat dari langsung tidaknya kontak itu terjadi, kontak sosial dibedakan menjadi berikut:
1) Kontak primer, yaitu hubungan timbal balik yang terjadi secara langsung. Contoh tatap muka, berjabat tangan.
2) Kontak sekunder, yaitu kontak sosial yang memerlukan pihak ketiga sebagai media untuk melakukan hubungan timbal balik. Contoh Yanto meminta tolong kepada Joko untuk mengajak Erna bergabung dalam kelompok diskusi yang dipimpinnya.

b. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik sedikitnya dibutuhkan komponen-komponen sebagai berikut:
1) Pengirim atau komunikator (sender)
2) Penerima atau komunikan (receiver)
3) Pesan (message)
4) Umpan balik (feedback)

C. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
1. Proses Asosiatif

Proses interaksi sosial asosiatif cenderung menciptakan persatuan dan meningkatkan solidaritas di antara masing-masing anggota kelompok. Proses interaksi sosial asosiatif meliputi kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.

a. Kerja Sama (cooperation)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang-perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b. Akomodasi (Acomodation)
Akomodasi merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan pertentangan, baik dengan cara menghargai kepribadian yang berkonflik atau bisa juga dengan cara paksaan atau tekanan.
c. Asimilasi
Asimilasi merupakan usaha–usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok dengan mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
d. Akulturasi
Akulturasi adalah proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing menjadi bagian dari kebudayaan suat kelompok tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan asli. Proses akulturasi dapat diketahui dari gambar berikut:

2. Proses Disosiatif
Proses –proses interaksi sosial disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes. Proses interaksi sosial disosiatif cenderung menciptakan perpecahan dan meregangkan solidaritas di antara anggota kelompok.

a. Persaingan (Competition)
Persaingan merupakan suatu proses sosial ketika ada satu pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu.
Bentuk-bentuk persaingan yang terjadi dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
1) Persaingan ekonomi
2) Persaingan kebudayaan
3) Persaingan kedudukan dan peranan
4) Persaingan ras

b. Kontravensi
Kontravensi merupakan sikap menentang secara tersembunyi agar tidak sampai terjadi perselisihan secara terbuka. Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker terdapat lima bentuk kontravensi:
1) Kontravensi umum, misalnya: penolakan, keengganan, protes.
2) Kontravensi sederhana, misalnya menyangkal pernyataan orang di depan umum.
3) Kontravensi intensif, misalnya: penghasutan, penyebaran desas-desus.
4) Kontravensi rahasia, misalnya: pembocoran rahasia, khianat.
5) Kontravensi taktis, misalnya: mengejutkan pihak lawan, provokasi dan intimidasi.

c. Konflik atau Pertentangan
Konflik berarti pertentangan atau perbedaan antara dua kekuatan yang sering disertai intimidasi dan kekerasan untuk saling menguasai. 
Perbedaan yang dapat menimbulkan konflik atau pertentangan antara lain:
a. perbedaan ciri fisik (ras)
b. perbedaan emosi (perasaan)
c. perbedaan kebudayaan
d. perbedaan kepentingan

D. Keteraturan Sosial Sebagai Hasil Interaksi Sosial
Setiap masyarakat selalu mendambakan ketenteraman dalam hidupnya. Ketenteraman tersebut dapat terjadi apabila hubungan-hubungan sosial di antara anggota masyarakat dan sistem kemasyarakatan berlangsung secara teratur sesuai nilai dan norma yang berlaku. Kondisi masyarakat yang teratur akan menciptakan hubungan sosial dan kehidupan sosial yang tertib, harmonis, dan teratur. Ada beberapa unsur keteraturan sosial, yakni tertib sosial, order, keajekan, dan pola.

1. Tertib Sosial
Tertib sosial adalah gambaran tentang kondisi kehidupan atau suatu masyarakat yang teratur, dinamis, dan aman sebagai akibat adanya hubungan yang selaras antara tindakan, norma, dan nilai sosial dalam interaksi sosial.
Kehidupan suatu masyarakat yang tertib ditandai oleh beberapa hal antara lain.
a. individu atau kelompok bertindak sesuai norma dan nilai yang berlaku;
b. adanya lembaga sosial yang saling mendukung;
c. adanya sistem norma dan nilai sosial yang diakui dan dijunjung tinggi oleh anggota masyarakat;
d. adanya kerjasama yang harmonis dan menyenangkan.

2. Order
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, order diartikan sebagai perintah atau pesanan untk melakukan sesuatu. Dalam sosiologi, order adalah sistem norma dan nilai-nilai sosial yang berkembang, diakui, dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat.
Contoh order seperti perintah untuk melaksanakan kerja bakti membersihkan selokan, membersihkan halaman dan bersih desa.

3. Keajekan
Keajekan adalah gambaran suatu kondisi keteraturan sosial yang tetap dan relatif tidak berubah sebagai hasil hubungan yang selaras antara tindakan, norma, dan nilai dalam interaksi sosial. Contoh keajekan antara lain sebagai berikut:
a. Setiap pagi siswa pergi ke sekolah dengan mengenakan pakaian seragam sekolah, mengikuti pelajaran, dan kegiatan lain di sekolah.
b. Ayah pergi ke kantor untuk bekerja demi kesejahteraan keluarga.
Kegiatan para siswa dan pekerja dalam contoh tersebut bersifat tetap menurut ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Pola
Pola dalam sosiologi berarti gambaran atau corak hubungan sosial yang tetap dalam interaksi sosial. Contoh pola antara lain:
a. Seorang siswa harus menghormati gurunya.
b. Seorang harus berbakti pada orang tuanya.
Terbentuknya pola dalam interaksi sosial tersebut melalui proses cukup lama dan berulang-ulang. Akhirnya. Muncul menjadi model yang tetap untuk dicontoh dan ditiru oleh anggota masyarakat. Oleh karenanya, pola sistem norma pada masyarakat tertentu akan berbeda dengan pola sistem norma masyarakat lainnya.

YANG LEBIH LENGKAP SILAHKAN DOWNLOAD DISINI YA
DAN BUKU SOSIOLOGI KELAS 12 ELEKTRONIK PDF DOWNLOAD DISINI

Share with your friends