SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU
A. Perkembangan Sosiologi
Perkembangan sosiologi berlangsung selama berabad-abad yang dibagi menjadi lima periode yaitu, abad pencerahan, abad revolusi, perubahan besar masyarakat, kelahiran sosiologi dan munculnya sosiologi modern.
1. Abad Pencerahan (abad ke 17)
Abad pencerahan merupakan abad berkembangnya ilmu pengetahuan yang ditandai dengan berbagai macam penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat yang sebelumnya dianggap sebagai nasib yang tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2. Abad Revolusi (abad ke 18)
Ada tiga revolusi besar yang terjadi sepanjang abad ke 18 yang mengakibatkan perubahan besar di seluruh dunia terutama di Eropa. Revolusi tersebut adalah Revolusi Amerika, Revolusi Industri dan Revolusi Prancis.
a. Revolusi Amerika
ditandai dengan didirikannya negara republik di Amerika Utara dengan sistem pemerintahan demokratis. Revolusi Amerika menggugah kesadaran akan pentingnya hak azazi manusia.
b. Revolusi Industri
ditandai dengan terjadinya perubahan besar dalam cara memproduksi dari tenaga manusia ke tenaga mesin. Revolusi industri berpengaruh terhadap munculnya kalangan baru dalam masyarakat yaitu para pemilik modal yang disebut kaum kapitalis (borjuis) dan para pekerja pabrik yang disebut kaum buruh (proletar).
c. Revolusi Prancis
menguatkan tersebarnya semangat liberalisme di segala bidang kehidupan. Di bidang sosial semangat liberalisme muncul dalam kesadaran akan hak asasi manusia sedangkan dalam bidang politik semangat liberalisme tampak dari penerapan hukum atau undang-undang.
3. Perubahan Besar Dalam Masyarakat
Abad Revolusi mengakibatkan terjadinya perubahan besar dalam masyarakat. Gejolak abad revolusi itu menggugah para ilmuan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis dengan penjelasan yang rasional. Artinya:
• Perubahan masyarakat dapat diketahui sebab akibatnya.
• Harus dicari metode ilmiah sebagai alat bantu untuk menjelaskan perubahan itu.
• Dengan metode ilmiah yang tepat perubahan dalam masyarakat dapat diantisipasi sebelumnya.
4. Kelahiran Sosiologi
Sosiologi lahir di Eropa. Istilah sosiologi diperkenalkan oleh Auguste Comte dalam bukunya filsafat positif sebagai pendekatan khusus untuk mempelajari masyarakat. Faktor pendorong utama munculnya sosiologi adalah meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.
5. Kelahiran Sosiologi Modern
Sosiologi berkembang di Amerika karena gejolak sosial yang terjadi di sana. Gejolak sosial tersebut ditandai dengan berdatangannya imigran dalam jumlah yang besar ke Amerika yang mengakibatkan pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru yang lengkap dengan gejolak kehidupan kota besar.
Di Amerika Serikat, sosiologi dihubungkan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan keadaan-keadaan sosial manusia. Selain itu, sebagai pendorong untuk menyelesaikan persoalan yang ditimbulkan oleh kejahatan, pelacuran, pengangguran, kemiskinan, konflik, peperangan dan masalah-masalah sosial lainnya.
B. Definisi Sosiologi
Istilah sosiologi dikemukakan Auguste Comte dimana sosiologi berasal dari kata latin socius yang berarti teman atau sesama dan data logos dari bahasa Yunani yang artinya cerita. Jadi pada awalnya sosiologi berarti bercerita tentang teman (masyarakat).
Berikut definisi sosiologi menurut para ahli:
1. Emile Durkheim
Ia berpendapat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial merupakan cara-cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikanya.
2. Max Weber
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tindakan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan yang memiliki arti subyektif bagi individu dan diarahkan pada perilaku orang lain.
3. Pitirim Sorokin
Mengemukakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
1) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara ekonomi dengan agama, hukum dengan ekonomi dan sebagainya);
2) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala-gejala nonsosial (misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya);
3) Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
4. Roucek dan Warren
Mereka berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
5. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Bependapat bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris dan bersifat umum.
C. Ciri sosiologi
Ciri utama sosiologi adalah sebagai berikut:
1. Empiris, artinya diperoleh berdasarkan pada observasi terhadap fakta dan akal sehat.
2. Teoritis, artinya selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil pengamatan.
3. Kumulatif, artinya disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada.
4. Nonetis, artinya pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruknya tetapi bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.
Adapun hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan antara lain:
1. Sosiologi merupakan suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam. Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari berbagai macam aspek dari manusia dan masyarakat. Sedangkan ilmu alam adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri fisik dari alam.
2. Sosiologi bersifat kategoris, artinya mempelajari apa yang terjadi bukan apa yang seharusnya terjadi.
3. Tergolong ke dalam ilmu murni.
4. Merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak bukan kongkret. Artinya, bahwa yang diperhatikannya adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat, tetapi bukan wujudnya yang kongkret.
5. Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola umum manusia dan masyarakat.
6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya mempelajari gejala umum pada umat manusia.
D. Tokoh-Tokoh Sosiologi
1. Auguste Marie Francois Xavier Comte (Auguste Comte)
Auguste Comte lahir di Montpellier, Prancis, tahun 1798. Ia berasal dari keluarga Katolik dan berdarah bangsawan. Dia mendapat pendidikan di Ecole Polytechnique di Paris. Comte memulai karir profesionalnya dengan memberi les dalam bidang matematika. Meskipun ia sudah memperoleh pendidikan dalam matematika, perhatiannya yang sebenarnya adalah pada masalah-masalah kemanusiaan dan sosial.
Comte mengemukakan ide tentang positivisme. Positivisme percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dan bahwa metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukumnya. Comte melihat perkembangan ilmu tentang masyarakat yang bersifat alamiah ini sebagai puncak suatu proses kemajuan intelektual yang logis dimana semua ilmu-ilmu lainnya sudah melewatinya.
2. Emile Durkheim
Emile Durkheim lahir tahun 1858 di Epinal Prancis. Ayah Durkheim adalah seorang rabi. Pada usia 21 tahun Durkheim diterima di Ecole Normale Superieure. Durkheim merupakan seorang mahasiswa yang sangat serius. Setelah menamatkan pendidikannya ia mulai mengajar.
Asumsi umum yang paling fundamental yang mendasari pendekatan Durkheim terhadap sosiologi adalah bahwa gejala sosial itu riil dan mempengaruhi kesadaran individu serta perilakunya yang berbeda dari karakteristik biologis, psikologis, atau karakteristik individu lainnya. Gejala sosial itu disebut Durkheim dengan fakta sosial. Menurut Durkheim fakta sosial memiliki tiga karakteristik dari fakta sosial yaitu:
a. Bersifat eksternal terhadap individu
b. Memaksa individu
c. Bersifat umum atau tersebar meluas dalam suatu masyarakat
3. Karl Marx
Marx lahir di Trier Jerman pada tahun 1818. Ayahnya Heinrich dan ibunya Henrietta berasal dari keluarga rabbi Yahudi. Sang ayah Heinrich berhasil mencapai kehidupan borjuis yang cukup mewah sebagai seorang pengacara yang berhasil. Ketika suasana politik menjadi tidak menguntungkan sebagai seorang pengacara keturunan Yahudi, dia dan keluarganya masuk Protestan dan diterima dalam gereja Luteran. Kejadian ini mempengaruhi pandangan Marx yang menekankan pandangan bahwa kepercayaan-kepercayaan agama tidak memberikan pengaruh paling penting terhadap perilaku, tetapi sebaliknya kepercayaan agama itu mencerminkan faktor-faktor sosial ekonomi yang mendasar.
Kehidupan pribadi Marx sangat sulit karena keterlibatannya dalam gerakan-gerakan radikal. Sewaktu dia melarikan diri ke Perancis, ia bertemu dengan Friedrich Engels (1820-1895) yang kemudian menjadi sahabat seumur hidupnya. Tahun 1847 di London, Marx dan Engels menghadiri pertemuan yang diselenggarakan serikat pekerja yang dikenal dengan Liga Komunis. Tahun berikutnya mereka menyiapkan Komunis Manifesto yang menjadi pedoman bagi gerakan komunis. Mereka menyatakan bahwa kaum proletar (para pekerja yang tidak memiliki aset produksi) harus bersatu untuk melakukan pemberontakan terhadap masyarakat kapitalis (para pemilik modal).
4. Max Weber
Max Weber lahir di Erfurt, Thuringia Jerman tahun 1864, tetapi dibesarkan di Berlin dimana keluarganya pindah ketika ia berumur lima tahun. Ayahnya adalah seorang hakim di Erfurt dan ketika keluarganya pindah ke Berlin, dia menjadi seorang penasehat di pemerintahan kota. Weber mempelajari hukum, ekonomi dan sejarah. Namun ia kemudian tertarik dengan sosiologi.
Weber mengemukakan konsep verstehen berasal dari bahasa Jerman yang artinya memahami. Ia menganalisa bahwa kita tidak bisa memahami tentang perilaku sosial seperti kita megukur temperatur suhu. Untuk memahami tindakan kita harus mempelajari makna subjektif yang melekat pada tindakan tersebut.
E. Objek Sosiologi
Seperti ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syaraka yang artinya ikut serta atau berpartisipasi. Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah society yang pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan sosial dan rasa kebersamaan.
Menurut Ralp Linton masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Menurut Paul B Horton masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu.
Ciri-Ciri Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto ciri-ciri masyarakat pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.
2. Bercampur atau bergaul dalam waktu yang cukup lama sehingga menciptakan sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia.
3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Merupakan suatu sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan.
Marion Levy menyatakan bahwa ada empat kriteria yang perlu dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat, yaitu:
1. Kemampuan bertahan yang melebihi masa hidup seorang anggotanya.
2. Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran.
3. Adanya sistem tindakan bersama yang bersifat swasembada.
4. Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama.
5. (Talcott Parson) Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
F. Metode Sosiologi
Untuk mempelajari objeknya yaitu masyarakat, sosiologi mempunyai cara kerja atau motode seperti ilmu-ilmu pengetahuan lain. Tanpa metode ilmiah, suatu ilmu pengetahuan bukanlah ilmu. Soerjono Soekanto mengemukakan pada dasarnya terdapat dua jenis metode atau teknik yang dipergunakan dalam sosiologi, yaitu :
1. Metode Kualitatif
Mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sukar diukur dengan angka-angka atau ukuran-ukuran yang matematis. Contoh penelitian tentang persepsi (pendapat) masyarakat terhadap suatu program.
2. Metode Kuantitatif
Mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan menggunakan skala, indeks, tabel, dan formula yang semuanya menggunakan ilmu pasti atau matematika.
Selain kedua metode tersebut, terdapat metode lainnya dalam sosiologi yaitu metode induktif dan metode deduktif.
1. Metode induktif yaitu metode yang mempelajari suatu gejala yang khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku umum.
2. Metode deduktif yaitu metode yang dimulai dengan kaidah-kaidah yang berlaku umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang khusus.
YANG LEBIH LENGKAP SILAHKAN DOWNLOAD DISINI YA
DAN BUKU SOSIOLOGI KELAS 12 ELEKTRONIK PDF DOWNLOAD DISINI