Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Kekuasaan Hindia Belanda - Diluar Sekolah

Senin, 23 November 2015

Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Kekuasaan Hindia Belanda

Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Kekuasaan Hindia Belanda

Bagaimana Perlawanan Rakyat  Terhadap Kekuasaan Hindia Belanda

   Sebagaimana telah diuraikan, setelah VOC, Indonesia kemudian berada di bawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Kebijakan pemerintah Hindia Belanda pun sangat merugikan dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Itulah sebabnya, bangsa Indonesia kemudian mengadakan perlawanan terhadap kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.

Perlawanan Rakyat Maluku (1817)
Perlawanan rakyat Maluku tahun 1817, dipimpin oleh Thomas Matulesi. Ia dijuluki Pattimura. Tokoh-tokoh dalam pelawanan ini antara lain;: Christina Martha Tiahahu, Anthon Rhebok, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina.

Perlawanan Kaum Paderi (1821-1837)
Perlawanan terhadap kekuasaan Hindia Belanda juga terjadi di daerah lain. Perang melawan kekuasaan kolonialisme Belanda di Sumatra Barat, dikenal dengan Perang Paderi, yakni perlawanan kaum Paderi melawan Belanda. Perlawanan kaum Paderi dapat dibagi menjadi tiga tahap.

1. Perang Tahap Pertama (1821-1825)
Dari sekian banyak perlawanan kaum Paderi, yang paling terkenal adalah perlawanan kaum Paderi di Agam. Perlawanan yang muncul tahun 1823 dipimpin Tuanku Imam Bonjol (M Syahab), Tuanku nan Cerdik, Tuanku Tambusai, dan Tuanku nan Alahan. Perlawanan kaum Padri berhasil mendesak benteng-benteng Belanda. Karena di Jawa Belanda menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830), Belanda akhirnya melakukan perdamaian di Bonjol tanggal 15 Nopember 1825.

2. Perang Tahap kedua (1825-1837)

Setelah dapat menundukkan perlawanan Diponegoro, Belanda kembali melakukan penyerangan terhadap kedudukan Padri. Dalam perlawanan ini Aceh datang untuk mendukung pejuang Padri.

Untuk menghadapi perlawanan kaum Paderi, Belanda menerapkan sistem pertahanan Benteng Stelsel.BentengFort de Kock di Bukittinggi dan Benteng Fort van der Cappelen merupakan dua benteng pertahanan. Dengan siasat ini akhirnya Belanda menang. Hal ini ditandai jatuhnya benteng pertahanan terakhir Padri di Bonjol tahun 1837. Tuanku Imam Bonjol ditangkap, kemudian diasingkan ke Priangan, kemudian ke Ambon, dan terakhir di Menado hingga wafat tahun 1864.

3. Perlawanan Pangeran Diponegoro (1825 – 1830)
Pangeran Diponegoro didampingi oleh Pangeran Mangkubumi (paman Pangeran Diponegoro), Ali Basyah Sentot Prawirodirjo sebagai panglima muda dan Kyai Mojo bersama murid-muridnya. Nyi Ageng Serang yang Sudah berusia 73 tahun bersama cucunya RM. Papak bergabung dengan pasukan Diponegoro. Nyi Ageng Seang sejak muda sudah sangat anti pada Belanda dan pernah membantu ayahnya (Panembahan Serang) untuk melawan Belanda.

4.Perlawanan Rakyat Bali
Perlawanan Rakyat Bali dipimpin oleh Patih Gusti Ketut Jelantik dari Kerajaan Buleleng yang didukung oleh Kerajaan-kerajaan di Bali seperti Kerajaan Badung, Kerajaan Klungkung dan Kerajaan Buleleng.

Dalam pertempuran melawan Belanda rakyat Bali mengobarkan Perang Puputan dengan pusat pertahanan di Benteng Jagaraga. Karena pasukan Belanda menggunakan persenjataan yang lebih lengkap akhirnya Bali dapat dikuasai oleh Belanda.

5. Perang Aceh. (1873-1904)
Perlawanan rakyat Aceh merupakan perlawanan yang paling lama dan juga terakhir bagi Belanda dalam rangka Pax Netherlandica. Perlawanan dipimpin oleh para Bangsawan (Tengku) dan para tokoh ulama (Tengku) seperti Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Penglima Polem, Cut Nyak Dien, Cut Mutia dan lain-lain.
Perlawanan rakyat di Indonesia sebelum tahun 1800.

a. Perlawanan Sultan Baabullah (Ternate) terhadap Portugis

Sejak kedatangan bangsa Portugis di Ternate tahun 1512 Portugis berusaha memonopoli perdagangan sehingga menimbulkan kebencian rakyat Ternate, tahun 1565 rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Harun berusaha menyerang Benteng Santo Paulo, tetapi gagal bahkan Sultan harun dapat ditangkap dan dibunuh.Perlawanan kemudian dilanjutkan oleh Sultan Baabullah (putranya) dan berhasil menguasai Benteng Santo Paulo sehingga Portugis diusir dari Ternate dan pergi ke Maluku selanjutnya menyingkir ke Timur Timor.

b. Perlawanan Sultan Agung (Mataram).
Untuk menwujudkan cita-citanya menguasai seluruh Pulau Jawa, Sultan mengirim pasukan kerajaan Mataram untuk menyerang Belanda di Batavia, serangan pertama pada tahun 1628 tetapi gagal karena pasukan Mataram kehabisan perbekalan.
Pada tahun 1629 untuk kedua kalinya Kerajaan Mataram menyerang VOC di Batavia tetapi juga mengalami kegagalan, perlawanan-perlawanan rakyat Mataram terhadap VOC terus berlanjut, antara lain perlawanan di bawah pimpinan Tronojoyo, perlawanan untung Senopati, perlawanan Mangkubumi dan Raden Mas Said.

c. Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC
Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa, namun putranya Sultan Haji bersahabat dengan Belanda, hal ini menyebabkan pihak Belanda dapat ikut campur dalam urusan Istana Kerajaan Mataram, Sultan Ageng Tirtayasa kemudian mencopot kekuasaan tahta kerajaan dari Sultan Haji. Sultan Haji minta bantuan pada VOC untuk menyerang ayahnya. Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Batavia dan tahta kerajaan diserahkan kepada Sultan Haji, namun di control oleh VOC.

d. Perlawanan rakyat Makasar terhadap VOC (1654 – 1655).
Perlawanan rakyat Makasar terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. Penyebab terjadi perlawanan adalah :
1. Belanda menganggap Makasar sebagai pelabuhan gelap.
2. Belanda mengadakan blokade ekonomi terhadap Makasar.
3. Sultan Hasanuddin menolak monopoli perdagangan Belanda di Makasar.




Share with your friends